![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNZICGcoo8cKiei1m2m5fKyQqFTkfnV9KCLEVjv4ohEh4zjYWFXR4tbRXiRiBPGqZkmowf5HWq5yiBG6hqMaltizmnyUbkwIUokpztpYihVx_g5rzagGn6sPxzrng6k4ioRWGbjmOtRKXZ/s320/IMG20200531063532.jpg)
Deretan
kabut pagi menyibak, sekedar mengintip kabar alam ia tak pernah lelah datang melihat
keadaan alam. Mungkin ia sedih menyaksikan pohon pohon yang mulai ditumbangkan,
gunung gunung yang mulai tak hijau hingga ia berkata lembut dalam hatinya “kemana
lagi aku menimba air jika pohon pohon ditebang”. Aku percaya bahwa disetiap
tetesan air hujan yang turun adalah hasil dari jerih payah awan yang mengangkut
air air keatas sana.
Awan
pagi sejukkan hati, saat ia tersibak dipelataran kaki gunung mendarat didedaun
tak ada hati yang tak damai saat kehadirannya menyambutmu, cuitan burung
bersahutan pengiring musik pagi. Oh,,, betapa damai mekar merekah
Awan
terbentang pagi ini meghadirkan kedamaian dalam lubuk hati, mengajarkanku arti
ikhlas pada masa lalu yang telah ku lewati. Ia datang suguhkan ketenangan
padamkan bara yang pernah berkobar dalam dada. Yang tak bisa digenggam namun
uapnya jernihkan suasana, mendinginkan air hangat yang berderai dari pelupuk.
Bentangan awan pagi ini membawaku pada ruang senyuman membawaku pada jalan
harapan. Ku buka lembar baru seperti awan pagi yang terbentang pagi ini bersih
tanpa ada luka yang menggores.
Gsg,
31.05.2020
No comments:
Post a Comment