Pages

Tuesday, June 2, 2020

Gerimis,, teman sepanjang jalan | cerpen



       Hari itu tepat pada hari rabu,  adalah hari yang sangat membahagiakan buat salah satu teman kami yang melangsungkan pernikahan nya…. Pagi itu baru pukul 07.15, saya masih sangat malas bangun karena jadwal ujian akhir semesterku pukul 10 siang,,,, tiba tiba HPsaya bergetar trrrrrr,,,,,,,,trrrrrrrrrr  ”halo siapa ya” kataku saya memang sontak bertanya karena setelah saya memandang layar handphone ku nomor baru yang sedang menelponku. “saya nur kamu pergi tidak ke acara pengantinnya lia”  jawab nur. Lia adalah salah satu teman kelas kami di SMA dulu yang pada hari ini melangsungkan pernikahannya, mempelai laki lakinya pun bukan orang lain dia juga adalah teman  kelas kami semenjak kenaikan kelas ke XI tepatnya di XI IPS 1. Dua tahun setelah resmi melepaskan pakaian putih abu abu, saya baru mendengar mereka berdua dirajut asmara dan menjalin hubungan sampai akhirnya resmi menikah, rasanya sangat bahagia satu persatu teman kelas kami dipertemukan jodohnya. Setelah menikmati hidangan pesta pernikahan dan ngobrol ngobrol dengan mempelai laki laki, saya pun pamit. “gerimis nih gak tunggu reda dulu hujannya” ucapnya khawatir. “gak apa apa lagian Cuma gerimis” responku meyakinkan. setelah memastikan bahwa tidak akan hujan deras dan sekilas melirik layar handphone ku, jam menunjukkan pukul 17.20 menit. “Kemalaman dijalan nih” bisikku dalam hati, saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan kembali ke kos saya di enrekang kota. Diluar perkiraan setelah sinar mentari mulai menutup sinarnya, dan di sambut malam hujanpun myulai deras tangan mulai terasa kram menggenggam stir motor. Jalan yang agak sunyi mulai mengantarku pada pada lorong masa laluku, ditengah dinginnya cuaca malam plus hujan badanku justru merasa panas dan hatiku seakan remuk. Teringat kembali tentang masa silam masa masa yang penuh luka kala itu tak bisa ku perkirakan kenapa hal itu hinggap pada diriku. Kisah asmara yang sangat menyayat. Pada hakikatnya kita tak bisa menenbak rahasia sebuah cinta, kita hanya mengikuti perasaan pada hati siapa ia akan berlabuh dan sampai kapan ia akan betah sebelum akhirnya harus berakhir pada kenyataan yak tak di inginkan yaitu jebolnya kelopak mata yang tak sanggup menahan mutiara hangat akibat sayatan luka pada hati yang semestinya berharap bahagia, apaalah daya cinta itu seperti air mengalir kita hanya menurut sampai akhirnya menghinggapi hati yang benar benar memiliki ketulusan yang sama. Tak terasa perjalanan kurang lebih satu jam sambil menikmati kenangan pahit, dinginnya malam dan butiran air hujan, sesampainya dienrekang saya langsung menuju kos teman tempat untuk mengembalikan sepatu yang tadinya saya pinjam keacara pengantin. “Assalamu alaikum Enra wooeeee bangun sudah pagi” ucapku bercanda sambil mengetuk pintu, saya memang selalu mencandainya kalau saya kekosnya karena kadang dia tidur pas saya datang.  Nih sepatumu” kataku lagi. “eh kamu dah pulang!! taruh aja ditempatnya” jawabnya kemudian saya menaruh sepatunya dirak sepatu. “masuk dulu ntar kubuatkan kopi” sambungnya sambil ketawa, dia memang teman kelas saya yang paling dekat dengan saya, hampir setiap malam kami bergantian saling mengunjungi, “saya langsung pulang aja udah basah udah dingin juga” balasku langsung pulang. Setelah sampai di kos, saya langsung mengganti pakaian saya dan entah kenapa dipikiranku tiba tiba ingin menulis diari sebagai obat kesedihanku
Aku tak tahu kenapa aku harus tertimpa rasa sakit sepert ini kala aku mencintainya namun berbagai sandiwara harus terjadi dalam hubungan, kisah cintaku ini memang memeberikan luka yang sangat perih, kenapa tidak? Oramg yang begitu amat disayangi, kita harus berpisah. Mungkin ini adalah jawaban bahwa hubungan ni tak seharusnya dilanjutkan karena dalam setiap perjalanan akanselalau ada petunjuk, namun perpisahan adalah sebuah hal yang sangat identik dengan kesedihan, sakit hati, dan bahkan air mata, bukankah begitu?? walau wajahmu masih sering terbayang dan pada setiap mengingatmu setiap itu pula air mata akan tumpah dari kelopak tapi bukan berarti aku akan erus berada dalam kebodohan ini, aku harus bangkit. Dan ehilanganmu adalah sebuah fase awal untuk memperbaiki diri. Dan kau temukanlah orang yang kamu masih cinta dan kita tak pernah saling kenal lagi. Berbahagialah bersamanya.

No comments:

Post a Comment